10.6.12

6 Sebab yang Bisa Mendatangkan (membuka jalan) Hidayah

1. JUJUR!

Jujur bahwa saya tidak atau belum tahu...
Jujur bahwa saya butuh dan ingin kebenaran...
Jujur bahwa ini adalah benar dan itu adalah salah...
Jujur bahwa saya telah salah dan saya ingin tahu yang benar... dst.

Hendaklah kalian berlaku jujur karena kejujuran itu menunjukan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukan jalan menuju surga” (HR Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya ash shidq (kejujuran) itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke surga dan sesungguhnya seorang bermaksud untuk jujur sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu menunjukkan kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu menunjukkan kepada neraka. Sesungguhnya seorang itu bermaksud untuk berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang suka berdusta.” (Muttafaq ‘alaih)

Hati-hati dengan dusta..!
Sebuah dusta akan melahirkan dusta-dusta yang lainnya.


2. Kesadaran dari diri sendiri

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q13.11)

Diawali dengan NIAT dan keinginan untuk tahu dan mencari tahu sehingga memahami, meyakini dan menyadari serta mau melakukan atau beramal sesuai dengan apa yang telah difahami, diyakini dan disadarinya.


3. Kesungguhan dalam memperoleh kebenaran

Ada kesungguhan (mujahadah) dan keseriusan...

Dan orang-orang yang berjihad (bermujahadah) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Q29.69)


4. (MAU) Mendengan nasehat dan mengikutinya

"...yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal." (Q39.18)

Cahaya mentari ada di luar sana... Membuka diri & hati dengan cara "mau mencari tahu", "mau mendengar", "mau melihat", "mau mempelajari", "mau membandingkan dan memilah serta memilih..!"


5. Tidak ada ke-SOMBONG-an (bersikap Tawadhu)

Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan (walau) sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Rasulullah, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR Muslim)

Hati-hati dengan anggapan bahwa "Aku lebih baik!" dan "Aku lebih dulu..!" atas dasar penolakan kebenaran dan perendahan terhadap manusia yang lainnya!
“Aku lebih baik!” itulah kata yang terucap tatkala Iblis menolak atau enggan untuk memenuhi perintah Allah azza wa jalla untuk sujud kepada Adam.
Sejarah telah membuktikan banyak manusia yang tertipu dengan kelebihannya dan tersesatkan dalam kesombongan. Fir'aun, menolak dakwah Nabi Musa a.s. dan dia merasa lebih baik serta paling berkuasa sampai dia mengganggap dirinya tuhan sehingga dia berlaku sekehendaknya terhadap manusia lainnya yang ada “di bawahnya”. Korun yang menganggap dirinya paling kaya dengan hartanya yang melimpah-ruah sehingga mengganggap remeh manusia yang ada di bawahnya (yang tidak sekaya dia) dan menganggap semua yang dia peroleh adalah hasil dari segala upayanya.


6. Lapang dada saat menerima Al Islam

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Q6.125)

Kalimat yang paling layak diucapkan oleh seorang yang telah mengaku berserah-diri (ber-Islam) dan mengakui diri hamba, terhadap apa-apa yang telah disampaikan oleh Allah azza wa jalla dan Rasul-Nya adalah... "sami'na wa atho'na" yang artinya "aku mendengar dan aku menta'atinya".

Dan tidak akan pernah keluar ucapan dari mulut-mulut kita... "ini tidak masuk akal", "ini ketinggalan zaman", "ini adalah budaya Arab", "ini tidak sesuai dengan HAM" dst... selama hal tersebut datangnya dari sisi Allah azza wa jalla (Al Quran) atau dari Rasul-Nya (As Sunnah -yang bersumber dari Hadits shahih-)

Wallahu 'alamu.
Tuning... dari Radio Muslim Jakarta AM 837KHz tanggal 7 Juni 2012.


Baca Juga:

3 komentar:

  1. ...bahwa tidak ada paksaan dalam beragama Islam. Karena Islam sudah menjelaskan semuanya dengan jelas & gamblang, dari a - z-nya, dari mulai adab di kamar kecil sampai ke masalah kenegaraan, dari "duniawi" sampai ukhrawi (akhirat). Sekarang tinggal terserah kita, hanya ada 2 pilihan: Apakah kita mau mencari tahu, membenarkan & menerimanya (beriman) atau tidak mau tahu & bahkan menolaknya (ingkar/kafir).

    BalasHapus
  2. Hidup dlm islam=hidup dlm kebodohan...dan parahnya OTAK BEKU..!

    BalasHapus