1.2.14

Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dalam Bibel...

http://kristolog.com/2013/05/02/nabi-muhammad-saw-dalam-bibel/

Allah ta'ala berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu"."(QS Ali Imran: 81)

Dalam Al Qur`an, disebutkan bahwa para nabi sebelum diambil perjanjiannya Allah ta'ala memerintahkan mereka untuk mengimani keberadaan Nabi terakhir yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, tidak hanya itu Allah ta'ala juga memerintahkan mereka untuk menolongnya dan memberikan kabar gembira kepada umat mereka mengenai kedatangan Rasul terakhir tersebut.
Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS Ash Shaf: 6)
Al Kitab yang ada saat ini meski telah mengalami banyak perubahan tapi ternyata masih menyimpan beberapa informasi mengenai kedatangan Muhammad, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Banyak sekali ayat-ayat yang merupakan ramalan kedatangan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, meski oleh kaum kristiani dianggap sebagai ramalan kedatangan Yesus (Isa a.s.) akan tetapi data-data yang valid justru berkata sebaliknya. Di antara ayat yang dengan jelas menyatakan nubuwat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah:

ULANGAN 18: 18
"Maka pada masa itu berfirmanlah Allah kepadaku, benarlah perkataan mereka itu. Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi di antara segala saudara-saudara mereka yang seperti engkau ya Musa. dan Aku akan memberikan segala firmanKu dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan segala yang Kusuruh akan dia."
Allah ta'ala berjanji akan mengutus di antara saudara-saudara Bani Israil seorang rasul yang seperti Musa a.s., dari ayat di atas ada beberapa (3) point yang penting untuk diperhatikan,

1. “…Aku akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi di antara segala saudara-saudara mereka…”

Pada ayat di atas disebutkan bahwa Nabi tersebut akan datang dari segala saudara-saudara mereka (Bani Israil), artinya orang tersebut bukanlah termasuk Bani Israel. Telah kita ketahui bahwa Israil adalah keturunan Ishak putra Ibrahim, dan Ishaq memiliki saudara bernama Ismail, jadi keturunan Ismail merupakan “saudara-saudara” Israil dan mereka adalah bangsa Arab. Hal ini didukung oleh ayat:
"Seperti Musa yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, ..." (Ulangan 34: 10)
Nabi Musa a.s. pernah mendapat anugerah untuk bercakap dengan Allah ta'ala di bukit Tursina, dan hal ini tidak pernah ada Nabi-Nabi setelahnya termasuk Yesus. Dan Mukjizat ini justru diperoleh oleh Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau dimi’rajkan oleh Allah ta'ala. Bahkan tak sekedar bercakap dengan Allah ta'ala, Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bertemu langsung dengan Dzat Allah ta'ala.

2. “…yang seperti engkau ya Musa.”

Dengan dasar kutipan ayat di atas kaum nasrani mengklaim bahwa nabi yang dijanjikan dalam ayat ini adalah Yesus, karena Nabi Musa a.s. dan Yesus mempunyai beberapa kesamaan. Akan tetapi klaim orang-orang nasrani tersebut terkesan hanya sebagai kosong belaka, karena secara faktual kemiripan-kemiripan Nabi Musa a.s. justru ada pada Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Bani Israel?

Alasan yang menurut mereka paling menguatkan klaim mereka adalah fakta bahwa Yesus dan Nabi Musa a.s. sama-sama Nabi yang termasuk keturunan Israel. Namun jika hanya mendasarkan persamaan hanya pada dua kriteria ini, maka kriteria ini pun ada pada tokoh-tokoh Israel setelah Musa a.s., Misalnya Salomo (Sulaiman a.s.), Yesaya, Yehezkiel, Daniel, Hozea, Yoel, Maleakhi, Yohanes pembaptis, dan lain-lain, karena mereka juga merupakan Nabi-nabi yang berbangsa Israel. Lantas kalau mereka juga memenuhi kriteria tersebut mengapa kita harus mengarahkan ayat ini kepada Yesus? Oleh karena itu kalau kriteria itu hanya kita landaskan pada dua hal ini niscaya akan muncul ketidak jelasan, apalagi pada kalimat sebelumnya justru ditegaskan bahwa Nabi yang dijanjikan justru akan datang dari saudara bani Israel. Artinya klaim mereka justru mereka bantah dengan ayat-ayat mereka sendiri.

Kelahiran

Kemudian apabila kita telaah fakta-fakta selanjutnya maka perbedaan-perbedaan ini akan terus muncul, sebagai contoh tentang kelahiran mereka. Musa a.s. dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam terlahir sebagaimana normalnya (melalui hubungan alamiah ayah dan ibu), namun Yesus hanya terlahir dari proses yang tidak wajar, Yesus lahir tidak memiliki Ayah. Hal ini sesuai dengan Matius 1: 18,
"Sebelum mereka (Yusuf dan Maria) hidup sebagai suami istri, ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus …"
Mengenai hal ini Al-Quran pun telah memberikan informasi dengan sangat jelas pada Surat Maryam ayat 19-21:
19. Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci."
20. Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"
21. Jibril berkata: "Demikianlah." Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan."
Dari sudut pandang ini siapakah yang lebih memiliki kesamaan seperti Yesus?

Nabi atau Anak Tuhan?

Lalu muncullah perbedaan yang sangat mendasar karena umat kristiani selalu mendakwa bahwa Yesus adalah anak Tuhan, sedangkan Musa a.s. sendiri hanya murni sebagai utusan Allah ta'ala sebagaimana Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Simaklah ayat berikut ini:

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3: 16)
Lagi-lagi kesamaan Musa a.s. dan Yesus diingkari oleh kitab mereka sendiri.

Pernikahan

Walaupun Nabi Musa a.s. dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah nabi yang begitu mulia namun secara naluriah mereka tetaplah sama dengan manusia sebagaimana kaprahnya. Oleh karena itu keduanya juga melakukan pernikahan dengan lawan jenis. Dan Yesus tidaklah melakukan pernikahan sebagaimana keduanya.

Yesus Ditolak oleh Kaumnya

Sebagai seorang nabi, penentangan dan perlawanan dari kaumnya merupakan sebuah keniscayaan. Namun hal ini merupakan sebuah babak pengujian Tuhan kepada Nabi-Nya. Setelah melewati semua itu dengan penuh kesabaran, Allah ta'ala akan menurunkan pertolongan berupa penerimaan dan pembelaan oleh kaumnya. Kiranya itulah hal yang dialami oleh Musa a.s. dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sayangnya, tidak demikian Al-kitab memberi informasi tentang Yesus. Yesus diturunkan untuk Bani Israel dan sampai saat ini mereka tidak menerima kenabiannya. Simaklah ayat al-kitab berikut ini:
Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.” (Yohanes 1: 11)
Kerajaan dan Perjuangan

Selain menjadi seorang Nabi, Nabi Musa a.s. dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah juga seorang Raja di zamannya. Nabi yaitu seorang yang menerima wahyu Tuhan sebagai petunjuk bagi Manusia. Kemudian wahyu tersebut disampaikan apa adanya kepada manusia. Sedangkan definisi raja adalah orang yang mempunyai kekuasaan atas suka dan duka rakyatnya. Tidak peduli apakah dia memakai mahkota atau tidak , apakah dia pernah dinobatkan sebagai putra ataukah tidak. Apabila seseorang mempunyai kekuasaan hukum yang tegas maka dia adalah raja.

Kita bisa perhatikan bagaimana Nabi Musa a.s. memiliki kekuasaan itu, Lihat pada Al-kitab Bilangan 15:36. Berbeda dengan Yesus yang tidak memiliki kerajaan ada di dunia ini. Ini bersumber pada penuturan Yesus yang waktu dituduh melaukukan penghasudan kepada penduduk untuk melakukan pemberontakan kepada raja Romawi. Kemudian ia diseret ke hadapan Pontius Pilatus untuk diadili. Yesus membela dirinya dan mengatakan, "Kerajaanku bukan dari dunia ini; Jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang orang Yahudi, akan tetapi kerajaanku bukan dari sini." (Yohanes 18: 36).

Musa a.s. dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berjuang dengan berusaha mengalahkan lawan-lawannya melalui peperangan, namun tidak ada satu keterangan pun yang menyatakan bahwa Yesus pernah berperang melawan Musuh-Musuhnya.

Berkaitan dengan ini dikatakan pula dalam Yesaya 41: 1-3


Syariat 

Nabi Musa a.s. diutus untuk menegakkan hukum Allah ta'ala di bumi ini, Allah mewahyukan kepadanya firman yang terkumpul dalam Taurat. Musa a.s. tidak hanya menyampaikan sepuluh firman Allah tapi juga mencakup hukum ibadah yang luas. Begitupun halnya dengan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam yang kala itu hidup di tengah-tengah kebiadaban dan kehancuran moral. Beliau mengenalkan hukum yang tak pernah dikenal sebelumnya. Dengan waktu yang relative singkat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam berhasil membawa kebiadaban dan keterpurukan Bangsa Arab menjadi bangsa yang disegani serta dihormati bangsa lain. Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan Musa a.s. sama-sama turun dengan membawa syariat, berbeda dengan Yesus yang hanya bertugas menjalankan ajaran Taurat, sebagaimana termaktub dalam Al-Kitab:
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau meniadakan kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, ‘Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi’. "(Matius 5: 17-18).
Dengan kata lain dia datang bukan untuk membawa hukum baru, melainkan hanya untuk melengkapi hukum Taurat saja.

Kematian

Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam wafat pada usia 63 Tahun setelah beliau menyampaikan seluruh wahyu Allah ta'ala. Begitupun halnya Nabi Musa a.s. Keduanya wafat secara wajar, hal ini tentu berbeda dengan Wafatnya Yesus yang menurut kepercayaan orang Nasrani Yesus wafat dalam tiang salib untuk menebus dosa umatnya. Simak ayat berikut ini:
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Rum 4: 8)
Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.” (Galatia 1: 3-4)
Adakah persamaan Musa a.s. dan Yesus pada point ini?

Dari poin-poin yang telah kita bahas ini kiranya sudah cukup jelas, siapakah yang lebih memiliki persamaan dengan Nabi Musa a.s.

Agar lebih mudah dalam menelaah, simak table persamaan berikut ini:


3.Aku akan memberikan segala firmanKu dalam mulutnya dan iapun akan mengatakan segala yang Kusuruh akan dia."

Allah ta'ala menaruh semua firman-Nya di dalam mulutnya, ini merupakan sebuah makna konotasi bahwa Perkataan yang keluar dari lisan Nabi tersebut semuanya tertuntun dengan petunjuk-NYA, semua yang ia katakan adalah bentuk wahyu dari Tuhannya. Atau boleh dikatakan Nabi tersebut sama sekali tidak berbicara atas kemauannya akan tetapi semua ucapannya semata-mata karena wahyu yang diberikan oleh Allah ta'ala.

Hal ini sebagimana firman Allah ta'ala dalam Al-Quran:
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)". (QS An-Najm 3-4) 
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah sosok yang ummi (tidak mampu baca tulis), beliau lahir dalam keadaan yatim dengan pembelajaran yang sangat minim dari keluarga beliau. Lebih dari itu beliau hidup di tengah masyarakat boleh dibilang terbelakang dalam sumber daya manusia. Sekilas hal ini nampak sebagai kekurangan bagi diri Nabi, akan tetapi justru hal-hal inilah yang semakin menegaskan keautentikan wahyu yang beliau terima dari Tuhannya. Kalimat seindah dan sesempurna ayat-ayat Al-Quran tidaklah mungkin keluar dari lisan manusia biasa, apalagi sosok yang hidup dengan kondisi seperti itu.

Tentang keummian Nabi pun telah dinyatakan dalam Al-kitab:
“...dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: "Baiklah baca ini!" maka ia akan menjawab: "Aku tidak dapat membaca." (Yesaya 29: 12)
Isi ayat ini persis seperti yang terjadi pada diri Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau menerima wahyu pertamanya di Gua Hira. Ketika malaikat Jibril mengatakan “Iqra... (bacalah)”, Muhammad menjawab “ma ana biqaari (aku bukanlah orang yang bisa membaca). Kemudian di gua ini Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menerima wahyu berupa Surat Al-‘Alaq Ayat 1-5.

Itulah yang bisa kita dapatkan dari penjelasan Al-Kitab Ulangan 18 :18, ayat mengenai janji Tuhan tentang Nabi yang akan diutus-Nya. Yesus kah dia atau Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam???

Jika fakta sejarah dan ayat-ayat lain semakin menggenapi bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam lah yang memenuhi kriteria-kriteria di atas masih perlukah kita memperdebatkannya???


Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar