1.11.13

Jagalah (Hati dan) Lidah!

Your bacot is your tiger..?
Jagalah "Lidah!"

Ada pepatah mengatakan: "Mulutmu adalah harimaumu", "Lidah lebih tajam daripada pedang", "Lidah tak bertulang" dan yang lainnya. Memang benar dengan pepatah-pepatah tersebut bahwa kalau seseorang tidak pandai menjaga lidahnya, ucapannya dan perkataannya, maka "lidah" akan menjerumuskannya ke dalam hal dan situasi yang merugikan. Banyak kasus pertengkaran, permusuhan, perceraian dan bahkan peperangan berawal dari ketidak atau kekurang-pandaian seseorang untuk menjaga lidahnya. Dan tentunya penyesalan di akhir itu tidak ada gunanya.

Ucapan "keji" sama halnya dengan pukulan, kedua-duanya dapat melukai. Perkataan keji yang dilontarkan kepada seseorang seperti paku yang ditancapkan kepada sebatang kayu. Toh kalau pun ada upaya untuk meminta ma'af, maka ucapan keji (paku) yang dimintakan ma'af atasnya (dicabut) tersebut akan tetap meninggalkan bekas (dan lubang di batang kayu tersebut).

Tidak ada manusia yang sempurna...

Tidak ada manusia yang sempurna yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Bahkan seorang Nabi pun pernah melakukan kesalahan sampai Allah ta'ala menegur, meluruskan dan mema'afkannya.
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya dst..." (QS 'Abasa 1-6...)
"Biarkanlah" setiap orang dengan rahasia, keunikan, kekurangan dan ketidak sempurnaannya, selama tidak ada hukum Allah ta'ala yang dilanggarnya.

Imam Muhammad Ibnu Siirin, seorang Tabi’in yang masyhur berkata: “Jika sampai kepadamu sebuah berita tentang keburukan saudaramu, maka carilah udzur baginya. Jika kamu tidak mendapatkannya, maka ucapkanlah: 'Barangkali ia mempunyai udzur yang aku tidak tahu'" (Syu’abil Iman lil Bayhaqi juz 6/323)

Manusia adalah seonggok daging dan tulang hidup yang setiap hari membawa kotoran kemana-mana. Kalau ada seseorang yang tidak mampu menahan diri untuk mencela, melaknat atau meng-ghibah saudaranya tersebut, maka seolah-olah dia telah memakan daging (bangkai) bahkan kotoran saudaranya itu tersebut.

Maka benar apa yang difirmankan Allah azza wa jalla Zat yang telah menciptakan kita...
Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah!” (QS Al Hujurat 12)
Kalaulah Allah ta'ala menghalalkan ghibah, mencela dan melaknat, sudah dipastikan bahwa semua manusia terhadap manusia yang lainnya akan saling mencela dan melaknat sehingga sudah tidak ada lagi makna dan kebaikan yang tersisa atas manusia yang satu dengan yang lainnya. Semuanya menjijikan!

Keutamaan mema'afkan...

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai uswatun hasanah kita, adalah pribadi yang sangat pema'af. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membalas karena beliau dianiaya selama hukum Allah tidak dilanggar. Beliau akan memaafkan kesalahan orang lain yang mengenai dirinya, karena itu adalah sifat utama.
  • "Jadilah engkau seorang yang pemaaf, dan perintahkanlah orang-orang untuk mengerjakan yang ma’ruf (baik), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raf 199)  
  • "Balaslah keburukan itu dengan yang labih baik, maka tiba-tiba orang yang tadinya antara kamu dan dia ada permusukan, menjadi seolah-olah seperti teman yang dekat.” (QS Fushilat 34)
  • "Barangsiapa yang memberi maaf dan melakukan kebaikan, maka pahalanya di sisi Allah". (QS Asy Syuuraa 40)
  • "Dan hendaklah mereka memberi maaf dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah akan mengampuni kalian? Dan sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS an-Nur 22)
  • "Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta; tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan sifat memberi maaf, kecuali kemulian; dan tidaklah seorang hamba merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah meninggikan derajatnya.” (HR Muslim)
Nasehat-menasehati...

Kalau memang kita peduli -dan kita harus peduli terhadap saudara-saudara kita-, nasehat yang tidak mengadili adalah jalan keluar. Bahkan Al Islam mensyari'atkan hal ini sebagai amalan yang menguntungkan...
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS Al 'Ashr 1-3)

Cuma ada 2 pilihan:
"Berkata yang baik (yang di dalamnya ada nasehat) atau diam!"
Barang siapa beriman kepada Allah & hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah & hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah & hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Muslim)
So... 
Jagalah lidah..!
Tahanlah! Bershabarlah! Ma'afkanlah! Nasehatilah! 
Dan semoga Allah ta'ala menutupi aib-aib kita di akhirat kelak... aamiin!
==============================================================


GHIBAH
(Mengapa Allah subhanahu wa ta'ala melarang ghibah?)

Ghibah artinya membicarakan keburukan atau aib saudaramu ketika ia tidak ada di sisimu. Allah subhanahu wa ta’ala telah melarang ghibah dan menyerupakannya dengan suatu perumpamaan yang sangat buruk, “Dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah” (QS Al Hujurat 12)

Mengghibah seseorang bisa berlaku pada beberapa hal yaitu: kekurangannya yang bersifat fisik, nasab atau asal-usulnyayang kurang terhormat, akhlaknya yang kurang baik, agamanya yang kurang sempurna, pakaiannya yang kurang bagus, anaknya, istrinya atau suaminya, pembantunya atau hal ihwal keduniaannya, dan lain-lain. Kesimpulannya, apa saja yang bisa difahami bahwa itu adalah celaan kepada seorang muslim, maka itu termasuk ghibah yang diharamkan, baik dengan ucapan, isyarat, menirukan gerak-gerik orang yang dighibahkan dan lain-lain.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tahukah apa ghibah itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang tahu.” Beliau bersabda, “Ghibah adalah engkau menyebutkan tentang saudaramu apa yang ia tidak suka (untuk disebutkan)!”. Seseorang berkata, “Bagaimana jika pada saudaraku memang ada apa yang aku katakan itu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Jika pada saudaramu memang ada apa yang dikatakan itu, maka sungguh engkau telah mengghibahnya, dan jika pada saudaramu itu tidak ada apa yang engkau katakan itu, maka sungguh engkau telah menuduhnya.” (HR Muslim dan Tirmidzi)

Ketahuilah saudaraku,
Ghibah adalah dosa besar yang banyak menyebar di tengah masyarakat dan sedikit sekali orang yang selamat darinya. Mendengarkan omongan ghibah juga berdosa kecuali jika ia segera mengingkari perbuatan ghibah tersebut dengan lisannya dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Jika ia dapat meninggalkan majelis tersebut atau memotong omongan ghibah dengan pembicaraan yang lain, maka hal itu wajib dilakukan.

Ancaman bagi orang yang berbuat ghibah
  1. Aisyah r.a. berkata, “Aku pernah berkata kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, ‘Cukuplah bagimu dari Shofiah itu (salah seorang istri Beliau) begini dan begitu (kekurangannya)’.” Sebagian perawi hadits berkata yaitu pendek orangnya, maka Beliau bersabda, “Sungguh engkau telah mengucapkan satu kalimat yang seandainya dicampur dengan air lautan niscaya akan mencampurinya” (maksudnya membuat air laut tersebut berubah rasa atau warnanya karena buruk dan busuknya ucapan tersebut) (HR Abu Dawud dan Tirmidzi). Imam An-Nawawi r.a. berkata, “Ini adalah hadits yang paling keras dalam melarang ghibah sepengetahuan saya.”
  2. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketika di-mi’rajkan, aku melewati satu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakar-cakar wajah-wajah dan dada-dada mereka dengan kuku-kuku tersebut, lalu aku berkata, 'Siapakah mereka itu wahai Jibril?' Ia (Jibril) berkata, 'Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia (berbuat ghibah) dan mencemarkan kehormatan manusia'.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)
  3. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk riba yang paling besar adalah mencemarkan kehormatan seorang muslim tanpa alasan yang hak.” (HR Abu Dawud)
Pengarahan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tentang hubungan sesama muslim

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, ia tidak boleh mengkhianatinya, tidak boleh mendustainya dan membiarkannya tidak ditolong. Setiap muslim bagi muslim lainnya adalah haram kehormatannya, harta dan darahnya. Taqwa itu di sini! Cukuplah sebagai keburukan (dosa) bagi seorang jika ia meremehkan saudaranya yang muslim.” (HR At Tirmidzi)

Dikutip dari Kartu Dakwah seri ke-17 terbitan HASMI (Radio Fajri FM) Bogor.


SEBUAH HIKMAH (Catatan saya...)

Kebaikan, keburukan, kelebihan, kekurangan atau bahkan ketidak sempurnaan seorang muslim adalah ujian bagi muslim yang lainnya. Mampukah kita mensyukurinya atau mampukah kita mengambil pelajaran darinya atau mampukah kita bersabar darinya? Dan inilah yang terpenting, mampukah kita menta'ati perintah Allah ta'ala untuk tidak mengghibahnya?

Karena mudah sekali bagi Allah ta'ala, Sang Maha Pencipta untuk membuat semua manusia menjadi baik dan bahkan tanpa cela sekalipun. Yang Allah ta’ala kehendaki adalah supaya kita bertaqwa kepada-Nya. Dan karena esensi dari taqwa salah satunya adalah menta'ati perintah-Nya.

Maka benar sekali bahwa larangan mengghibah erat sekali hubungannya dengan taqwa seperti yang digaris-bawahi pada ayat dan hadits di atas.

Juga perhatikan kehendak Allah ta'ala dalam penciptaan manusia yaitu hendak "mengujinya" sebagimana dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Q76.2)

Dengan kata lain, inilah kira-kira pesan Allah ta'ala kepada kita untuk tidak malakukan ghibah...
"Janganlah mengghibah!" Karena bagi Allah ta'ala, Sang Maha Pencipta sangatlah mudah untuk menjadikan ciptaan-Nya (manusia) menjadi baik dan bahkan tanpa cela sekalipun. Tapi Allah ta'ala hendak menguji hamba-hamba-Nya, apakah kita mau bertaqwa kepada-Nya atau tidak..?

Baca juga:
Hidup adalah Ujian?
Seorang Mukmin bukanlah Pencela dan Pelaknat
Diam adalah Perak (bukan Emas)!
Jin dan Manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepada-Nya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar